“…..tit
tit..” delete!
“tit…tit..”
delete!
Ini sms yang kesian kali tak sempat untuk dibaca di delete
saja. Isinya masih sama dari kemaren beberapa bulan yang lalu “ apa kabar?”
atau “sudah makan?” dan “lagi ngapain?” aneh. Begitulah yang dirasakan Dara. Wanita
anggun berparas oval berwajah oriental dengan kerudung sederhana tanpa bisa
dimodel-model. Ribet itu alasannya.
Dia masih sibuk dengan kertas dan penanya, menyusun
kata-kata, mengolahnya seperti membuat donat yang simple tapi nikmat untuk
disantap. Hampir setiap jam bahkan menit dia harus menerima pesan yang inti
pembicaraannya tidak jelas. Ia selalu mengabaikannya, bukan sombong tapi Dara
tipe wanita bukan basa basi. Baginya basa basi adalah kependekkan dari
kebohongan.
Satu tulisan kelar minggu ini, majalah langganan dara untuk
mengirim artikel selalu bertanya “kapan lagi nih tulisannya mampir kerubrik
kita?”. Kali ini dara membahas masalah “bahasa alay”, gadis ini sangat ilfeel
jika harus membaca sms, status-status di sosial network bertulis jungkir balik
dan harus memutar otak ribuan kali saat kata dipotong sepotong-potongnya
contoh “lagi “ menjadi “ge”, “sama”
menjadi “ma” dll.
Beberapa bulan terakhir banyak pria mendekati Dara, dalam kapasitas
kerja kadang kenalan dari teman dan sahabat pena yang membaca artikelnya. Gadis
ini hanya menyikapi dengan dingin, biasa saja karena kebanyakan dari mereka
hanya sekedar ingin kenal dan mendapat nasehat super dari Dara. Ya dara memang
cocok menjadi Motivator, kata-katanya hampir seperti motivator terkenal Mario
Teguh. Teduh, keibuan dan menusuk jiwa apalagi yang sedang galau.
Tahun ini genap usianya 26 tahun, usia yang sudah matang
untuk berumah tangga, setiap kali pulang kerumah orang tuanya pertanyaan “kapan
nikah?” selalu menyambutnya. Bagi Dara itu tidak masalah toh Jodoh Allah yang
menentukan. Manusia hanya merencanakan. Pertanyaan klasik yang tak satu pun
orang bisa menjawabnya.
Sepulang dari Kantor majalah langganannya Dara menuju sebuah
Kafe untuk menghilangkan dahaga sekaligus menghindar dari terik matahari.
Beberapa hari ini kota benar-benar dilanda kemarau yang panjang, pepohonan yang
ditanam disekeliling jalan tak mampu membendung senjata dari langit itu.
Dara memilih duduk di bawah payung-payung untuk mendapatkan
angin segar, sambil menikmati jus longan kesukaanyaan dan gemercik kolam ikan
kecil disudut café. Sebuah suara menghentikan lamunannya “dara” panggil
seseorang dari belakang.
“Farhan” terlihat raut dara terkejut dengan sosok seorang
pria dihadapannya. Farhan teman sekolahnya di SMU lulusan Institut Kesenian
Jakarta, sudah hampir 5 tahun ia tak pernah bertemu dengan pria ini. Wajahnya
yang tampan, tinggi dan putih dulunya selalu menjadi rebutan para gadis-gadis
kecuali Dara pada saat itu. Pertemuan itu sungguh diluar dugaannya. Mereka
bercerita panjang lebar sekaligus reuni kemasa lalu.
“jadi sekarang kamu benar-benar hidup dari seni, bravo han,
orang selalu beranggapan pekerja seni itu kere, buang-buang waktu dan hanya
hidup sebagai glandangan tapi dari kacamata kamu semua itu salah, kamu entrepreneur
sejati” pujian Dara sambil melemparkan senyum terbaiknya.
“ah biasa aja ra, kamu juga sukses jadi penulis, artikelmu
sudah kemana-mana, tuh novel mu tentang malaikat dari hutan tropis bakal
diangkat kelayar lebar kan? Sarjana Ekonomi yang kreatif” pujian balasan dari
farhan mereka saling tetawa.
Pertemuan itu berakhir sebelum azan ashar berkumandang, biasa
tukaran nomor atau PIN handphone selalu menjadi penutup yang manis.
Hari-hari yang dilalui Dara sama seperti hari biasanya, hanya
saja kali ini ia lebih kerap memandang setiap sms yang masuk, dari siapa dan
apa isinya. Itu terjadi setelah ia bertemu Farhan. Berbeda dengan pesan
kebanyakan, pesan dari Farhan selalu ia tunggu bahkan detak jantungnya selalu
berdebar setiap kali ponselnya berbunyi.
Farhan selalu berkomunikasi dengannya hampir setiap waktu
walau hanya lewat sebuah pesan atau chat di social network, mulai terbangun
hingga ia terlelap oleh hening malam. Awalnya Dara menikmati hal itu, entah
karena ada benih sesuatu yang mulai tersemai di hatinya atau karena ia memang
butuh seseorang yang gokil dalam kesehariannya yang lelah. Farhan selalu
berbagi cerita lucu bahkan kadang membicarakan hal-hal yang berbau romantis,
membuat hati Dara sedikit luluh karenannya.
Tetapi lama kelamaan Dara merasakan hal yang aneh, perasaan
gelisah, takut, sakit dan perasaan-perasaan yang hilang timbul tanpa ia
mengerti, setiap tulisannya terasa hambar, pikirannya tak bisa terkonsentrasi
terhadap apa yang ia tulis, lebih menakutkan lagi wajah Farhan menghiasi setiap
sudut di dalam otak kiri dan kanannya.
Malam yang hening, Dara bersimpuh di dua pertiga malamnya.
Diatas sajadah, air mata gadis itu terjatuh berderai-derai, ia bermohon ampun
kepada Sang Pencipta, yang menciptakan Hati beserta virus yang membusukkannya. Hatinya
telah kotor memikirkan seseorang yang belum pantas untuk ia pikirkan, ibadahnya
tercemar bahkan dalam sholat pun Dara memikirkan sosok pria bernama Farhan.
Dara malu kepada Sang Khalik terhadap prinsipnya selama ini “SAY
NO TO PACARAN”. Walau Farhan belum benar-benar mengungkapkan perasaannya ke
Dara tapi pria itu sang pembawa virus cinta ke hati Dara, menabur kata-kata
indah nan romantis membuat Dara terlena.
“Ya Allah Engkau yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang, jika ia buruk bagi imanku jauhi ia dariku, jika
ia baik bagi ku dekatkanlah, satukan kami dalam hubungan yang halal, jauhi aku
dari maksiat dan zina, pertemukan aku dengan seseorang yang mencintaiku karenaMU
Ya Kaarim”
Dara mengusap kedua tangannya kewajah cerahnya, kini air mata
itu telah terhenti, curhat dengan Sang Pemilik Hati memang lebih lega. Dara menarik
nafas panjang dan bertekad untuk tidak terbuai lagi kata-kata indah Farhan dan
Farhan Farhan lainnya.
Pagi yang cerah setelah melewati malam yang penuh sahdu, Dara
mengawali langkahnya dengan Basmalah, pesan singkat Farhan belum ia balas, ia
bertekat untuk bertemu langsung dengan pria yang ia kenal sejak SMU itu untuk
mendapatkan kepastian kemana hubungan mereka akan dibawa, apa hanya sekedar
sahabat lama, atau kekasih untuk maksiat atau menjadikan dia sebagai pendamping
hidupnya di dunia dan akhirat.
Dia tak mau terlalu larut dengan perasaan-perasaan yang tidak
jelas, gadis itu terus menyibukkan dirinya, proyek besar sedang menunggu,
Sutradara yang mengangkat novelnya kelayar lebar menawarkan gadis itu untuk
bekerjasama. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan tanpa sadar virus
bernama Farhan terlupakan, pesan singkat yang pria itu kirim hanya terbalas
seadanya.
Kini Dara kembali kepada normal, mungkin inilah jawaban dari
doa-doanya. Kesempatan untuk bertemu pun semakin tipis, kesibukannya terus
menumpuk bahkan dalam masa lengang pun ia tak lagi memikirkan pria itu. Hatinya
benar-benar tejaga oleh Sang Khalik yang tak ingin wanita solehah terjamah oleh
hidung belang yang hanya berniat untuk menguji imannya.
Terbukti, setelah beberapa lama gadis itu melupakan Farhan, pria
itu muncul dipemberitaan majalah gosip, kedekatannya dengan beberapa artis dan
foto-foto mesranya pun beredar di dunia maya.
“astaugfirullahalazim...ampuni
hambamu ya Allah, mungkin hambamu yang hina ini pernah terjatuh dan hamba
bersyukur Engkau masih memberi hamba kesempatan untuk melihat yang benar serta
yang buruk. HasbunalLâh Wani’mal-Wakîl”,
Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”
Gadis itu
mengakhiri dua per tiga malamnya dengan witir 3 rakaat. Hari ini ia tak ingin
tertidur dan ingin menunggu hingga subuh dengan menulis sebuah artikel “gadis
lentera malam”.
S E L E S A I